LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA
KELARUTAN DAN KOEFISIEN AKTIVITAS ELEKTROLIT KUAT
A. TUJUAN
1. Mengukur kelarutan barium iodat dalam larutan KCl dengan
berbagai kekuatan ion.
2. Menghitung kelarutan barium iodat ada I = 0 dengan jalan
ekstrapolasi.
3. Menghitung koefisien aktivitas rata-rata barium iodat
pada berbagai nilai I dan menguji penggunaan hukum Debye-Huckle.
B. DASAR TEORI
Bronsted, Bjerrum dan
other memperlihatkan bahwa laju reaksi ionik
bergantung pada kekuatan ionik
dari larutan, karena kekuatan ionik dari larutan dapat dirubah dengan
penambahan garam ionic, ini dikenal sebagai efek garam primer.
Jika ion bermuatan sama (bermuatan positif), dan komplek teraktivasi membentuk muatan rangkap positif. Molekul-molekul pelarut didekat ion disebabkan oleh gaya elektrotatik kuat, yang membatasi kebebasan gerak mereka. Efek ini disebut solver binding atau electrostriction, akibatnya pengurangan dalam entropi. Jika ion muatan sama faktor frekwensi lebih kecil dari pada normal.
Jika ion bermuatan sama (bermuatan positif), dan komplek teraktivasi membentuk muatan rangkap positif. Molekul-molekul pelarut didekat ion disebabkan oleh gaya elektrotatik kuat, yang membatasi kebebasan gerak mereka. Efek ini disebut solver binding atau electrostriction, akibatnya pengurangan dalam entropi. Jika ion muatan sama faktor frekwensi lebih kecil dari pada normal.
Dalam suatu reaksi
antara ion-ion berlawanan muatan, muatan terasosia dengan komplek aktifasi menurun, akibatnya
menurunkan elektrichor dan entropy aktivasi positif (Budi Santosa,
2006).
Salah satu cara untuk
menunjukkan hubungan antara kekuatan ion dan aktvitas ion adalah mempelajari
perubahan kelarutan elektrolit yang sedikit larut (misalnya Ba (IO3)2)
sebagai aikbat adanya penambahan elektrolit lain (bukan ion senama, misalnya
KCl). Agar hukum Debye-Huckel dapat diterapkan, konsentrasi larutan elektrolit
sedikit larut tersebut harus diukur dengan tepat walaupun konsentrasinya
rendah. Selain itu kelarutannya dalam air harus berada dalam batas kisaran
hukum Debye-Huckel, yaitu kelarutan ion<0,01 M untuk elektrolit 1-1
(uni-univalen).
Salah satu elektrolit yang memenuhi kriteria di atas adalah
Ba(IO3)2 yang konsentrasinya dapat di tentukan dengan
menggunakan metode volumetrik yang sederhana. Dengan menganalisis data yang
diperoleh akan didapat koefisien ativitas rata-rata (γ±).
Aktivitas atau koefisien aktivitas suatu individu ion
secara percobaan tidak dapat ditentukan, karena itu di definisikan aktivitas
rata-rata a±, dan koefisien aktivitas rata –rata y ± yang untuk elektrolit 1-2
(uni-bivalen) didefinisikan sebagai berikut:
a± = (a+ a-2)1/3………………………………………..(1)
γ ± = (γ + γ -2)1/3
……………………………………..(2)
c± = (c+ c-2)1/3
……………………………………….(3)
Bila
nilai konsentrasi (c) dinyatakan dalam mol/liter, maka berdasarkan definisi
diatas di peroleh:
a± = γ ±.c± = Ka1/3
= konstan……………………………….(4)
Dalam
hal ini, a adalah hasil kali aktivitas kelarutan yang dapat di turunkan sebagai
berikut:
Ba(IO3)2 Ba2+ +
2IO3-
……………………………..(5)
Misalnya
dalam larutan terdapat elektrolit lain yang tidak mengandung ion senama dengan
Ba(IO3)2 (misal KCl) dan anggap kelarutan Ba(IO3)2 dalam air adalah s mol/liter, maka c+
(konsentrasi ion Ba2+ dalam larutan) = s mol/liter dan c-
(konsentrasi ion IO3- dalam larutan)= 2s mol/liter.
Dari
persamaan (3) akan diperoleh:
c± = 1,59 s …………………………………..(6)
Dengan
menggabungkan persamaan (6)
dengan persamaan (4)
diperoleh
s γ ± = (Ka1/3/1,5) = konstanta = so…………………(7)
Dalam hal ini so adalah
kelarutan teoritis bila y± mendekati 1 satu (=1) yaitu pada keadaan dimana
kekuatan ion sama dengan nol (I=0). Karena y± selalu menurun dengan
meningkatnya kekuatan ion, maka baik kelarutan dan hasil kali kelarutan, Ksp
(dinyatakan dalam konsentrasi, bukan dalam aktivitas) dari elektrolit yang
sedikit larut akan meningkat dengan adanya penambahan elektrolit lain yang
tidak mengandung ion senama. Jika nilai so dapat ditentukan dengan jalan
ekstrapolasi ke kekuatan ion sama dengan nol, maka y± pada berbagai konsentrasi
akan dapat dihitung (γ± = so/s).
Pada larutan elektrolit,
s bergantung pada kekuatan ion yang didefinisikan sebagai:
…………………………. (8)
Keterangan:
ci = konsentrasi ion ke-i dalam mol/liter
zi = muatan ion ke-i
Kekuatan ion (I) harus
dihitung berdasarkan semua ion yang berada di dalam larutan. Nilai I terendah
yang dapat digunakan untuk mengukur kelarutan dibatasi oleh kelarutan
elektrolit dalam air. Ekstrapolasi ke kekuatan ion sama dengan nol, dilakukan
berdasarkan teori Debye-Huckle untuk elektrolit kuat.
Teori Debye-Huckle
menyatakan bahwa untuk larutan dengan kekuatan ion yang rendah (I<0,01)
untuk eletrolit univalen (1-1), koefisien aktivitas rata-rata suatu elektrolit
yang berdisosiasi menjadi ion bermuatan Z+ dan Z- dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan:
Log γ ± = -A|Z+.Z-|)…………………..…(9)
A = tetapan dan untuk larutan dengan pelarut air pada
suhu 25°C nilainya adalah 0,509. Gabungan persamaan (7) dan (9) untuk Ba(IO3)3 diperoleh:
Log s = log so + 2A……………………..(10)
Jadi, pada kekuatan ion yang rendah kurva log s sebagai
fungsi akan berupa garis lurus.(Tim Dosen Kimia
Fisika.2012).
C.
ALAT
DAN BAHAN
ALAT:
a. Labu
Erlenmeyer 250 ml 8 buah
b. Mikroburet 2 buah
c. Labu
takar 250
ml
d. Labu
takar 100
ml
e. Pipet 25
ml
BAHAN:
a. KCl 0,1
M
b. Ba(IO3)2
, dibuat dengan cara mencampurkan KIO3 dan BaCl2 secara
stoikhiometris.
c. Na2S2O3 0,01 M
d. HCl 1
M
e. KI 0,5 gram/liter
f. Larutan
kanji 1%
g. Selang
plastik kecil dan kapas.
D. CARA
KERJA
|
||||
|
||||||||||||||||||||
|
||||||||||||||||||||
|
||||||||||||||||||||
|
||||||||||||||||||||
|
|
|||||||||||||||||||
|
|||||||
|
|||||||
E. DATA PENGAMATAN
Nomor
Labu Erlenmeyer
|
Konsentrasi
larutan KCl (M)
|
Volume
tiosulfat untuk titrasi (mL)
|
Konsentrasi
larutan jenuh IO3- (M)
|
Kelarutan
(s) Ba(IO3)2 (M)
|
Log
s
|
1
|
0,1
|
7.2
|
0.350
|
0.175
|
-0.75
|
2
|
0,05
|
8.3
|
0.150
|
0.075
|
-1.12
|
3
|
0,02
|
9.7
|
0.050
|
0.025
|
-1.60
|
4
|
0,01
|
10.5
|
0.026
|
0.013
|
-1.8
|
5
|
0,005
|
12.2
|
0.0099
|
0.045
|
-1.346
|
6
|
0,002
|
13.5
|
0.003
|
0.001
|
-3
|
7
|
0.001
|
8
|
-
|
-
|
-
|
Nomor
Labu Erlenmeyer
|
Kekuatan Ion (I)
|
so/s
= γ±
|
Log
γ±
|
|
1
|
0.362
|
0.601
|
0.242
|
-0.616
|
2
|
0.160
|
0.4
|
0.386
|
-0.4134
|
3
|
0.057
|
0.238
|
0.562
|
-0.25
|
4
|
0.029
|
0.170
|
0.670
|
-0.17
|
5
|
0.010
|
0.1
|
0.764
|
-0.116
|
6
|
0.004
|
0.006
|
0.851
|
-0.070
|
7
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Gambar 1. Grafik log
so Vs
Gambar 2. Grafik Log (So/s) Vs √I
F.
PEMBAHASAN
Percobaan
ini bertujuan untuk mengukur kelarutan barium iodat dalam larutan KCl dengan
berbagai kekuatan ion, menghitung kelarutan barium iodat pada I = 0 dan
menghitung koefisien aktivitas rata-rata barium iodat pada berbagai I serta
menguji penggunakan hukum Debye-Huckle. Untuk menunjukkan antara kekuatan ion
dan aktivitas ion dapat dilihat dari perubahan kelarutan elekttrolit yang sedikit
larut dalam air, dalam hal ini Ba(IO3)2.
Berdasarkan dari teori Debye-Huckle dimana suatu
diasumsikan bahwa suatu electrolit kuat akan berdisosiasi secara sempurna
mejadi ion-ionnya. Selain itu juga diasumsikan bahwa pada konsenntrasi yang
sangat encer interaksi yang terjadi antara ion-ion yang terdapat dalam larutan
hanya gaya tarik-menarik atau gaya tolak-menolak.
Salah
satu cara untuk melihat bagaimana ketergantungan aktivitas ion pada kekuatan
ion adalah dengan jalan mempelajari perubahan kelarutan elektrolit yang sedikit
larut,dimana pada percobaan ini digunakan larutan barium iodat,sebagai akibat
adanya penamabahn elektrolit lain. Elektrolit yang ditambahkan disini bukanlah
suatu elektrolit dengan ion senama dengan baiun iodat, tapi pada percobaan ini
digunakan larutan KCl. Agar hukum Debye-Huckle konsentrasi barium iodat yang
digunakan harus berada dalam konsentrasi yang rendah,yaitu kelarutan ion <
0,01.
Dari percobaan
yang telah dilakukan didapat hasil volume tiosulfat yang digunakan untuk titrasi
sebanyak 7,1; 8,3; 9,5; 10,0; 12,0; 13,8 dan 21 ml untuk konsentrasi KCl yang
semakin kecil. Dari data yang diperoleh ini dapat ditentukan konsentrasi dari
ion IO3- , kelarutan dari barium iodat(sebagaimana yang
telah disebutkan), logaritma dari
kelarutan (log S),kurva log S, intensitas rata-rata,koefisien aktivitas
rata-rata dan log dari koefisien aktivitas rata-rata yang kemudian dapat dibuat
kurva log γ+- sebagai fungsi
dari I ½ .
Setelah dilakkan analisis dan perhitungan pada tersebut
diperoleh hail seperti dalam table data pengamatan. Dari hasil tersebut dapat
diperoleh Kekuatan Ion dan Aktivitas Ion serta kelarutannya. Reaksi yang
terjadi pada saat titrasi adalah sebagai berikut.
IO3- +
8H+ + 6 H+
→ 3 I3- + 3H2O
I3- + 2 S2O3- → S4O6- + 3 I-
Sebagai
akibat penambahan elektrolit lain bukan senama KCl, dari hasil perhitungan
diperoleh grafik hubungan terhadap kelarutan. Dapat dilihat bahwa kelarutan
akan naik dengan naiknya konsentrasi. Demikian juga sebaliknya, dari grafik
plot s terhadap diperoleh persamaan regresi linear y = = 4.493x - 2.660 yang
sebanding dengan persamaan log s = 2A +
log so. Dengan jalan ekstrapolasi (x = 0) diperoleh log s = - 2.660 dan
kelarutan (s) = 2,19 x 10-3.
Kelarutan pada larutan elektrolit bergantung
pada kekuatan ion, dimana kelarutan semakin meningkat dengan meningkatnya
kekuatan ion. Teori Debye-Huckle memprediksi bahwa logaritma koefisien ionik
rata-rata adalah fungsi linear dari akar pangkat dua kekuatan ionik dan
slopenya bernilai negatif.
Koefisien aktivitas ionik hanya bergantung
pada muatan ion dan konsentrasinya. Hubungan antara keduanya dapat dilihat dari
grafik yang diperoleh dari hasil perhitungan. Sesuai grafik dapat dilihat bahwa
koefisien aktivitas ionik rata-rata naik dengan turunnya konsentrasi.
Hasil
percobaan kurang sempurna, mungkin disebabkan oleh beberapa faktor, di
antaranya:
1. Kekurangtelitian
praktikan saat percobaan, misalnya pada saat menimbang bahan.
2. Validitas
alat yang digunakan.
3. Kekeliruananalisis
data.
I.
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
yang dapat di ambil dari percobaan kali ini adalah :
a. Kelarutan
barium iodat semakin menurun dalam larutan KCl yang konsentrasinya semakin
rendah dengan kekuatan ion yang semakin besar.
b. Kelarutan
barium iodat pada I = 0 dengan ekstrapolasi adalah 2,2756 x 10-3 M.
c. Koefisien
aktivitas rata-rata barium iodat (γ ±)
pada berbagai nilai I dapat dilihat pada tabel pengamatan.
d. Koefisien
aktivitas ionik rata-rata semakin meningkat dengan turunnya konsentrasi.
2. Saran
– saran
a. Persiapkan
alat dan bahan sebelum waktu praktikum dimulai untuk mengefektifkan waktu.
b. Diperlukan
pembagian kerja yang baik antar anggota kelompok untuk menyelesaikan praktikum
ini.
c. Diperlukan
ketelitian dalam pembuatan Barium Iodat secara stoikhiometris.
d. Jangan
melupakan untuk melakukan standarisasi Natrium Tiosulfat.
e. Gunakan
mikroburet untuk ketelitian yang tinggi pada data yang akan diambil.
II. DAFTAR
PUSTAKA
Budi Santosa, Nurwachid.
2006. KIMIA FISIKA II. Semarang:
Jurusan Kimia FMIPA UNNES.
Tim Dosen Kimia Fisika.
2011. Petunjuk Praktikum Kimia Fisik.
Semarang. Jurusan Kimia FMIPA UNNES.
Wahyuni, Sri. 2003. Buku Ajar KIMIA FISIKA 2. Semarang. Unnes.
Mengetahui, Semarang,
20 November 2012
Dosen Pengampu Praktikan,
Ir.
Sri Wahyuni, M.Si Eny
Atminiati
NIP.
1965122819910022001 NIM.
4301410007
LAMPIRAN
1. JAWABAN PERTANYAAN
1. T =
25°C
Konstanta dielektrik = 78,5
e = 1,6. 10-19
NA = 6,02.10-23 mol
k = 1,381.10-23 J/mol
A = ......?
H2O H+ + OH-
I = ½ (10-7 + 10-7) = 10-7
ln γ ± =
=
= 9,5387.10-56.
2. I= ½ [ c+ ] [ c- ]2
0.01 =
½ c2
0.02 =
c2
C =
0.141
c± = ( c+c-2)1/3
=
( 0.141x0.1412)1/3
=
0.141
Log γ ±= -A|Z+.Z-|)
=
-0.509| +1.-2|0.011/2)
=
-0.1018
γ ± =
0.791
a± = γ ±.c± =
0.791x0.141 = 0.11153
2. ANALISIS DATA
A.
Erlenmeyer
1
1. Konsentrasi
larutan jenuh IO3-
V lar dlm Erleneyer = V1 = 25 ml
[ KCl ] = M1 = 0,1 M
V tiosulfat = V2 = 7,2 ml
V1.M1 = V2.M2
25 ml x 0.1 M = 7,2 ml x M2
M2 = 0,347M
Jadi, konsentrasi larutan jenuh IO3-
= 0,347M
2. Kelarutan
Ba(IO3)2
Ba(IO3)2 à Ba2+ + 2 IO3-
s s 2s
[ IO3-
] = 0.347 M = 2s
s = 0.347 /2 =
0,173 M
Jadi, Kelarutan Ba(IO3)2
= s = 0.173 M
3. Log
s
Log s = Log 0.176 = -0,76
4. Kekuatan
ion (I)
KCl à K+ + Cl-
Ba(IO3)2 à Ba2+ + 2
IO3-
I = ½ {[K+] + [Cl-] + [IO3-]
+[Ba2+]}
= ½ ( 0.1 + 0.1 + 0.347 + 0.176 )
= 0,36
5. I1/2
= 0.361/2 = 0,600
6. log
so = log s - |2A-|
= -
0,754 – ( 2 x 0.509 x 0.603)
= - 0.149
so = antilog -0.149
= 0,709
7. so/s = y± =
0,043 /0.176
= 4.08
8. log
y± = log 0,26 = - 0,611
B.
Erlenmeyer
2
1.Konsentrasi
larutan jenuh IO3-
V lar dlm Erleneyer = V1 = 25 ml
[ KCl ] = M1 = 0.05 M
V tiosulfat = V2 = 8,3 ml
V1.M1 = V2.M2
25 ml x 0.05 M = 8,3 ml x M2
M2 = 0,151 M
Jadi, konsentrasi larutan jenuh IO3-
= 0,151 M
2.
Kelarutan Ba(IO3)2
Ba(IO3)2 à Ba2+ + 2 IO3-
s s 2s
[ IO3-
] = 0,151 M = 2s
s = 0,151/2 =
0,075 M
Jadi, Kelarutan Ba(IO3)2
= s = 0,075 M
3.
Log s
Log s = Log 0,075 = -1,123
4.
Kekuatan ion (I)
KCl à K+ + Cl-
Ba(IO3)2 à Ba2+ + 2
IO3-
I = ½ {[K+] + [Cl-] + [IO3-]
+[Ba2+]}
= ½ ( 0,05 + 0,05 + 0,151+ 0,075 )
= 0,163
5. I1/2
= 0,161/2 = 0,404
6.
log so = log s - |2A-|
= - 1,12 – ( 2 x
0,509 x 0,404)
=
-1,534
so =
antilog -1,534
= 0,029
7.
so/s = y± =
0,0292 / 0,075
= 0,388
8.
log y± = log 0,388 = - 0,411
C.
Erlenmeyer
3
1.Konsentrasi
larutan jenuh IO3-
V lar dlm Erleneyer = V1 = 25 ml
[ KCl ] = M1 = 0,02 M
V tiosulfat = V2 = 9.7
ml
V1.M1 = V2.M2
25 ml x 0.02 M = 9. 7ml x M2
M2 = 0,051 M
Jadi, konsentrasi larutan jenuh IO3-
= 0,053 M
2.
Kelarutan Ba(IO3)2
Ba(IO3)2 à Ba2+ + 2 IO3-
s s 2s
[ IO3-
] = 0,053 M = 2s
s = 0,053/2 =
0,026 M
Jadi, Kelarutan Ba(IO3)2
= s = 0,026 M
3.
Log s
Log s = Log 0,026 = - 1,580
4.
Kekuatan ion (I)
KCl à K+ + Cl-
Ba(IO3)2 à Ba2+ + 2
IO3-
I = ½ {[K+] + [Cl-] + [IO3-]
+[Ba2+]}
= ½ ( 0,02 + 0,02 + 0,053 + 0,026 )
=
0,059
5. I1/2
= 0,051/2 = 0,244
6.
log so = log s - |2A-|
= - 1,580 – ( 2 x
0.509 x 0,244)
= -
1,828
so =
antilog -1,828
= 0,015
7.
so/s = y± =
0,015/ 0,026
= 0,565
8.
log y± = log 0,565= - 1.835
D.
Erlenmeyer
4
1.
Konsentrasi larutan jenuh IO3-
V lar dlm Erleneyer = V1 = 25 ml
[ KCl ] = M1 = 0.01 M
V tiosulfat = V2 = 10 ml
V1.M1 = V2.M2
25 ml x 0,01 M = 10 ml x M2
M2 = 0,025 M
Jadi, konsentrasi larutan jenuh IO3-
= 0,025 M
2.
Kelarutan Ba(IO3)2
Ba(IO3)2 à Ba2+ + 2 IO3-
s s 2s
[ IO3-
] = 0,025 M = 2s
s = 0,025/2 =
0,013 M
Jadi, Kelarutan Ba(IO3)2
= s = 0,013 M
3.
Log s
Log s = Log 0,013 = -1.903
4.
Kekuatan ion (I)
KCl à K+ + Cl-
Ba(IO3)2 à Ba2+ + 2
IO3-
I = ½ {[K+] + [Cl-] + [IO3-]
+[Ba2+]}
= ½ ( 0,01 + 0,01 + 0,025 + 0,013 )
=
0,029
5. I1/2
= 0,0291/2 = 0,170
6.
log so = log s - |2A-|
= - 2 – ( 2 x 0,509 x
0,170)
= -
2,076
so =
antilog -2,076
= 0,008
7.
so/s = y± =0,008/
0,013
= 0,672
8.
log y± = log 0,672= - 0,169
E.
Erlenmeyer
5
1.
Konsentrasi larutan jenuh IO3-
V lar dlm Erleneyer = V1 = 25 ml
[ KCl ] = M1 = 0.005 M
V tiosulfat = V2 = 12 ml
V1.M1 = V2.M2
25 ml x 0,005 M = 12 ml x M2
M2 = 0,010 M
Jadi, konsentrasi larutan jenuh IO3-
= 0,010 M
2.
Kelarutan Ba(IO3)2
Ba(IO3)2 à Ba2+ + 2 IO3-
s s 2s
[ IO3-
] = 0,01 M = 2s
s = 0,01/2 =
0,005 M
Jadi, Kelarutan Ba(IO3)2
= s = 0,005 M
3.
Log s
Log s = Log 0,005 = -2,283
4.
Kekuatan ion (I)
KCl à K+ + Cl-
Ba(IO3)2 à Ba2+ + 2
IO3-
I = ½ {[K+] + [Cl-] + [IO3-]
+[Ba2+]}
= ½ ( 0,005 + 0,005 + 0,01 + 0,005 )
=
0,013
5. I1/2
= 0,0131/2 = 0,113
6.
log so = log s - |2A-|
= - 2,283 – ( 2 x
0,509 x 0,113)
=
-2,399
so =
antilog -2,399
= 0,004
7.
so/s = y± =0,004
/0,005
= 0,767
8.
log y± = log 0,767= - 0,114
F.
Erlenmeyer
6
1.
Konsentrasi larutan jenuh IO3-
V lar dlm Erleneyer = V1 = 25 ml
[ KCl ] = M1 = 0.002 M
V tiosulfat = V2 = 13,8ml
V1.M1 = V2.M2
25 ml x 0,002 M = 13,8 ml x M2
M2 = 0,004 M
Jadi, konsentrasi larutan jenuh IO3-
= 0,004 M
2.
Kelarutan Ba(IO3)2
Ba(IO3)2 à Ba2+ + 2 IO3-
s s 2s
[ IO3-
] = 0,004 M = 2s
s = 0,004/2 =
0,002 M
Jadi, Kelarutan Ba(IO3)2
= s = 0,002 M
3.
Log s
Log s = Log 0,002= - 2,83
4.
Kekuatan ion (I)
KCl à K+ + Cl-
Ba(IO3)2 à Ba2+ + 2
IO3-
I = ½ {[K+] + [Cl-] + [IO3-]
+[Ba2+]}
= ½ ( 0,002 + 0,002 + 0,004 + 0,002)
=
0,005
5. I1/2
= 0,0051/2 = 0,069
6.
log so = log s - |2A-|
= - 2,8 – ( 2 x 0,509
x 0,069)
= -
2,812
so =
antilog -2,812
= 0,0015
7.
so/s = y± =
0,002 / 0,0015
= 0,851
8.
log y± = log 0,851 = - 0,0703
G.
Erlenmeyer
7
Air
Standarisasi Na.tiosulfat
5 ml larutan KIO3 ( 0.0769 gram dalam 100ml )
M =
gr.1000/(Mr.V)
=
0.0769x1000/ (214x100)
=
0.00359 mol/lt
Titrasi dengan Na.tiosulfat
V1 =
V KIO3 =
5ml
M1 =
M KIO3 =
0.00359 mol/lt
V2 =
V Na.tiosulfat = 2.1 ml ( dari
titrasi )
M1 x V1 = M2 x V2
0.00359 M x 5 ml =
M2 x 2.1 ml
M2 = 0.00855 mol/lt = konsentrasi Na.tiosulfat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar